PTPN I Regional 7 Fokus Kinerja Operasional
BANDAR LAMPUNG --- Sejak 1 Desember 2023, PTPN I Regional 7 (dahulu PTPN VII) resmi menjadi bagian dari Subholding Supporting Co di bawah Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero). Subholding yang mengurus rupa-rupa komoditas di luar gula dan kelapa sawit itu menggunakan PTPN I sebagai surviving entity.
Pimpinan
tertinggi PTPN
I Regional 7 (Region Head) Denny Ramadhan mengatakan, perubahan status
PTPN VII menjadi PTPN I Regional 7 adalah bagian dari transformasi
bisnis PTPN III (Persero) diawali dengan pembentukan Subholding komoditas gula pada tahun 2021. Model bisnis
dengan spesialisasi bidang dinilai akan memberi nilai tambah dari sisi
produktivitas, standar kualitas, dan reputasi. Lebih dari itu, kata dia,
program transformasi organisasi ini akan mengarahkan setiap Unit
Kerja (Region)
fokus
kepada tugas pokoknya.
“Saya menilai transformasi bisnis HPN
(Holding Perkebunan Nusantara) dengan klusterisasi komoditas merupakan langkah strategis. Dengan
spesialisasi komoditas diharapkan setiap Subholding dan Unit
Kerja akan fokus kepada komoditas
yang spesifik sehingga diharapkan menghasilkan kinerja yang optimal,” kata Denny
yang sebelumnya melaksanakan tugas sebagai bagian Board
of Management di PTPN I.
Lebih teknis Denny memandang transformasi organisasi ini tepat mengingat kendala rentang kendali
yang selama ini diukur oleh jarak, saat ini sudah diretas oleh teknologi.
Dengan teknologi informasi yang ada saat ini, daya jelajah setiap kebijakan,
pengawasan, dan operasional di lapangan dapat
dikendalikan secara baik, bahkan lebih presisi.
Tentang proyeksi PTPN I Regional 7 pada tahun 2024,
Denny optimistis Regional 7 memiliki aset yang potensial
untuk dioptimalkan capaiannya dalam rangka mendukung program besar PTPN I.
Denny mengatakan, Regional 7 dimasukkan
ke dalam Subholding Supporting Co yang merupakan kluster Komoditas Rupa-rupa dengan pertimbangan adanya potensi sumberdaya yang dapat memberikan
dukungan kepada aktivitas operasional PTPN I, dimana komoditas kelapa sawit dan
tebu dikelola dengan pola KSO dengan Subholding lainnya, dan beberapa komoditas
lain akan dilakukan penyesuaian komoditas menjadi tanaman kelapa sawit dan tebu secara bertahap.
“Dengan
perubahan ini, kinerja operasional PTPN I Regional 7 dituntut untuk
lebih optimal. Fokus kepada peningkatan produksi, menjaga kualitas produk, serta menjalankan
seluruh kebijakan strategik yang telah ditetapkan oleh Manajemen Subholding
dengan tetap memanfaatkan setiap peluang yang ada. Setiap
personil harus bisa bergerak lebih agile
dan akseleratif dari sebelumnya,” kata Denny.
Struktur
Ramping
Sejalan dengan pernyataan
Region Head, SEVP Business Support Okta Kurniawan menyatakan PTPN
I Regional 7 akan menjadi salah satu Region yang produktif
di Subholding Supporting Co. Ia juga meyakini, kinerja seluruh sumberdaya yang
ada akan terpacu dengan kebijakan sentralisasi organisasi ini. Selain itu,
struktur organisasi yang semakin ramping membuat Manajemen lebih
fokus kepada optimalisasi penggalian produksi dan aset,
menekan harga pokok produksi, efisiensi dan efektivitas di semua lini.
Pasca perubahan dari PTPN VII menjadi Unit
Kerja Subholding PTPN I Regional 7, unsur
pimpinan puncak terdiri atas satu Region Head dan dua Senior
Executive Vice President (SEVP) dengan
pengaturan fungsi baru dimana beberapa fungsi menjadi bagian Manajemen Head
Office (HO) Supporting Co sehingga hal ini juga berpengaruh pada fungsi
organisasi level
kedua, yang semula sembilan Bagian dengan
sembilan Kepala Bagian berkurang menjadi enam Bagian.
Pengurangan jumlah Bagian ini secara otomatis menjadikan
organisasi lebih ramping dan efektif.
“Akan banyak perubahan mekanisme kerja
dengan perubahan ini. Semua aspek akan lebih fokus ke masalah teknis
operasional dalam menjalankan kebijakan Manajemen
Subholding. Secara aset dan resources tidak berubah, artinya potensi dan
prospeknya tetap besar sehingga kami yakin ke depan akan lebih progresif,” kata
Okta.
Meskipun demikian, Okta mengakui
tantangan bagi Manajemen PTPN I Regional 7 sangat besar. Sesuai
opsi Supporting Co yang diplot untuk mengelola rupa-rupa komoditas yang ada di
seluruh PTPN Group, penekanan Subholding ini adalah optimalisasi pemanfaatan
aset. Mandat ini, kata Okta, adalah pesan bahwa Supporting Co bukan sekadar
perusahaan perkebunan, namun dituntut
mengoptimalkan aset untuk aktivitas berbasis perkebunan dan di luar sektor perkebunan.
Tuntutan dari kondisi ini, tambah
Okta, bukan lagi urusan agronomis dan komoditasnya, tetapi lebih luas kepada enterpreneur
commodity. Sebab, selain beberapa komoditas yang selama ini bukan menjadi
komoditas utama perusahaan, melalui Subholding ini akan masuk ke komersialisasi
seluruh sumberdaya yang ada.
“Regional 7 memang punya
empat komoditas yang dikelola, tetapi terdapat
aset-aset lain yang potensial untuk dioptimalkan. Adalah mandat
dari Subholding untuk setiap aset harus mendatangkan pendapatan untuk
perusahaan. Ini harus dijawab dengan kecerdasan dan wawasan lebih luas,” kata
dia.
Dalam konteks ini, Okta mengajak semua
elemen untuk memahami makna dari strategi bisnis yang dicanangkan Kementerian
BUMN ini. Hal yang paling mendasar tentang pembentukan Subholding Supporting
Co, kata dia, adalah mindset bahwa ini adalah bagian
dari upaya pemanfaatan seluruh aset korporasi secara optimal. Dengan kata lain
Supporting Co diberi mandat sebagai pengelola aset perkebunan yang unggul
sehingga dapat memberi nilai tambah yang signifikan bagi Perusahaan.
Sementara itu, SEVP Operation
Wiyoso mengatakan status baru ini merupakan tantangan yang
hampir tidak memiliki celah alasan. Sebab
setiap Unit Kerja (Region) melakukan setiap aktivitas yang didukung dengan
pemanfaatan sumberdaya lahan, sumberdaya manusia, inovasi teknologi dan
digitalisasi yang unggul.
Secara prosedur, Wiyoso mengatakan
komoditas kelapa sawit dan tebu yang ada akan dikelola dengan sistem Kerja Sama
Operasional (KSO) dengan Subholding Palm Co (PTPN IV) dan Subholding Sugar Co
(PT Sinergi Gula Nusantara).
“Sesuai misi Subholding Supporting Co,
kita adalah bagian dari optimalisasi semua aset untuk bisa menjadi profit
centre. Nah, kita punya banyak sekali aset yang bisa dimaksimalkan
kemanfaatannya sehingga menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Opsi ini harus
berjalan bersama dengan KSO komoditas utama,” kata Yos
sapaan akrabnya.
Meskipun tantangannya
sangat besar, Wiyoso optimistis dengan prospek
kemajuan PTPN I Regional 7 ke depan. Dengan dukungan penuh
semua pihak, seluruh
aset yang terdapat di Regional 7
ini akan menjadi salah satu pemasok pendapatan utama PTPN
I sebagai Subholding.
“Kita punya sangat banyak potensi, tetapi selama ini terkendala oleh banyak hal, terutama faktor finansial. Yang fundamental adalah selama ini kita belum punya pengalaman dalam pengelolaan aset-aset di luar core business, tetapi setelah tergabung dalam Subholding Supporting Co, Manajemen bisa memobilisasi ekspertise dari Region lain yang punya pengalaman dan keahlian yang sesuai. Saya sangat optimistis,” kata dia.
Leave a Comment